Image Hosted by ImageShack.us

Strawberry Short Cake

Make Your Days Happier

Wednesday, January 21, 2009

Energi Alternatif Dengan Keterbatasan Bahan Baku

Wakil Dekan Sumber Daya Mikrobiologi ini sudah sejak lama melakukan beberapa penelitian. Kegiatan sehari-harinya selain mengajar juga mempunyai sebuah café yoghurt corner bersama kelompok dari mikrobiologi. Dari penelitian yang dilakukan kemudian produk-produknya diperjualbelikan.


Penemuan yang dilakukan masih berhubungan dengan mikrobiologi. Diantaranya VCO (Virgin coconut oil) yang di kembangkan, di teliti dan di standarisasi barulah kemudian di jual. Dari minyak VCO juga di kembangkan lagi menjadi sabun, lotion, dan minyak telon, selain itu meniliti pula mengenai bioetanol.
Di temui di ruang tempat sidang Sekolah Ilmu Teknologi Hayati yang berada di kampus ITB Bandung, (17/11), Menurut wanita kelahiran 10 september 1959 ini pada awal-awal penelitian bioetanol, bahan nabati yang dipergunakan mulai dari yang paling mudah sampai yang paling sulit. Diantaranya ubi kayu, singkong, ubi jalar, garut, dan umbi dahlia. Lebih banyak menggunakan umbi-umbian karena lebih mudah diurai dan hanya membutuhkan enzim untuk mengurai karbohidrat.
Kemudian karena umbi-umbian masih dipergunakan untuk bahan makanan, kosmetik dan obat sedangkan kita disini berkompetisi dengan bahan baku. Jika umbi-umbian dipakai untuk bahan bakar kita harus mencari bahan lain, Alternatif yang ada dengan mempergunakan limbah. Diantaranya dari daun-daun jagung, batang jagung, daun-daun tebu dan batang tebu.
Oleh karena itu sangat perlu sekali kebijakan dari pemerintah mengenai apakah semua bahan baku dapat dipergunakan atau tidak. Sehingga tanaman yang akan dipergunakan itu harus ditingkatkan berapa kali. Karena misalnya, jika kita menggunakan pati untuk bahan, maka pati akan menjadi rebutan karena dipakai untuk gaplek, makanan, obat, dan kosmetik.
Limbah dari kelapa sawit pun bisa dipergunakan, hanya saja enzim yang digunakan adalah enzim pengurai selulosa. Dan tahapannya pun lebih banyak, setelah selulosa diuraikan didapatkan gula, kemudian gula tersebut diuraikan kembali barulah didapatkan etanol.
Karena emisi gas karbon monoksida sangat berbahaya, baik untuk anak-anak dan orang dewasa. Bioetanol dapat menurunkan kadar CO pada kendaraan, karena hasil pembakarannya sempurna. Kondisi ini menunjukkan semakin hari kendaraan-kendaraan bertambah banyak, sudah pasti kadar CO yang dihasilkan semakin banyak pula.
Gas karbon monoksida (CO) sangat mempengaruhi saraf. Saat ini mengapa supir angkutan kota sangat-sangat tidak sabar, karena sebetulnya mereka tercemar oleh gas karbon monoksida (CO). Sehingga mereka menjadi stres dan menjadi cepat emosi.
Selain itu kita harus menghemat sumber daya mineral yang berbahan dasar fosil. Karena suatu saat bahan bakar fosil yang ditambang dari perut bumi akan habis. Kita harus menyiapkan energi alternatif. Seperti di Brazil karena disana tidak terdapat sumber minyak yang banyak mereka sudah mempersiapkan etanol untuk bahan bakar.
Jika bioetanol murni dibakar tidak ada bahan-bahan yang tidak terbakar, semuanya terbakar sempurna. Sehingga tidak menimbulkan kerusakan-kerusakan pada mesin. Sementara jika kita menggunakan bensin dan biodiesel yang lain masih akan ada sisa-sisa pembakarannya berupa logam berat.
Tetapi penggunaannya harus hati-hati karena bioetanol mudah terbakar, namun hasil dari pembakarannya akan terbakar sempurna. Selain itu bioetanol dapat menurunkan kadar CO yang dihasilkan, karena bioetanol terurai dengan baik dan sempurna pembakarannya. Sehingga kadar emisi gas karbon monoksida (CO) dapat diminimalisir dan dapat membantu membersihkan udara.


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home